Minggu, 03 Maret 2013

Profil Pulau Subi

Pulau Subi  adalah pulau terluar Indonesia yang terletak di laut Natuna atau bagian dari laut Cina Selatan yang berbatasan dengan negara Malaysia bagian timur (Kalimanatan utara). Pulau Subi  ini merupakan wilayah dari kabupaten Natuna, provinsiKepulauan Riau. Pulau ini berada di sebelah utara dari pulau Subi dengan koordinat 3° 1′ 51″ LU, 108° 54′ 52″ BT, dan dapat dilihat di petawikimapia di lokasi ini.



Pulau Subi Kecil dan Subi Besar secara administratif merupakan bagian dari Kecamatan Subi, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Kecamatan Subi terdiri atas 8 desa, yaitu Desa Subi, Desa Meliah, Desa Meliah Selatan, Desa Terayak, Desa Subi Besar, Desa Subi Besar Timur, Desa Pulau Panjang, dan Desa Pulau Kerdau. Desa Subi, Desa Meliah, Desa Meliah Selatan, dan Desa Terayak berada di wilayah Pulau Subi Kecil. Desa Subi Besar dan Subi Besar Timur berada di Pulau Subi Besar, yang berada di seberang selatan Pulau Subi Kecil. Dua desa sisanya, Desa Pulau Panjang dan Desa Pulau Kerdau, berada di masing-masing pulau dengan nama yang sama dengan desa tersebut. 

Tidak ada area persawahan, dan hanya ada perkebunan, Tanaman utama yang mendominasiadalah pohon kelapa, yang menutupi sebagian besar Pulau Subi Kecil. Tanaman utama lainnya adalah cengkeh, yang memang menjadi komoditas pertanian utama di Kabupaten Natuna selain kelapa. Selain itu, terdapat kebun buah-buahan seperti nanas, pisang dan pepaya. Penduduk Subi dan juga wilayah di Kepulauan Riau lainnya pernah mengalami ’masa kejayaan’ sekitar beberapa dekade lalu ketika terjadi Clove Boom (Bonanza Cengkeh). Mata pencaharian penduduk Subi Kecil sebagian besar adalah nelayan, diikuti dengan petani perkebunan (kopra, cengkeh), dan pegawai negeri sipil (PNS). 




Secara kultural, masyarakat Subi sebagian besar merupakan Suku Melayu, dengan sebagian kecil diantaranya merupakan pendatang yang telah begitu membaur. Masyarakat Subi umumnya bertutur dialek Melayu, dengan beberapa variasi tersendiri yang berbeda jika dibandingkan dengan dialek Melayu di daerah Kepulauan Riau lainnya. Dialek Melayu biasa mereka pakai dalam kehidupan sehari-hari, selain telah dapat berbicara bahasa Indonesia. Dibandingkan dengan wilayah lainnya di Kepulauan Riau, masyarakat Subi termasuk masyarakat yang masih relatif menjaga Kebudayaan Melayu Kepulauan Riau, dengan masih mengadakan beberapa upacara ataupun ritual kultural-religio, yang berkaitan dengan berbagai peristiwa dalam lingkaran kehidupan, seperti kelahiran, pernikahan, panen hasil laut, peluncuran kapal, dsb. Hampir seratus persen masyarakat Subi beragama Islam.


Pulau Subi  memiliki lingkungan masih sangat hijau dan asri, dengan tingkat polusi yang sangat rendah. Ketika hari cerah, kita dapat melihat langit biru terang dan awan-awan putih suci bagaikan kapas, laut yang berwarna biru cerah, serta dapat melihat hamparan bintang di langit ketika malam harinya. Terdapat jalan desa yang sudah dibeton berlapis aspal yang mengelilingi pulau ini. Moda transportasi antardesa yang umumnya digunakan penduduk setempat adalah sepeda motor. Penduduk setempat lebih akrab menyebut sepeda motor, apapun pabrikannya, dengan sebutan ”Honda.” Hampir setiap kepala keluarga telah memiliki ”Honda”. Hanya terdapat 5 buah mobil, yang terdiri dari sebuah mobil pick-up milik Kecamatan Subi, 2 buah mobil jemputan SMP, dan 2 buah mobil jemputan SMA. Selain itu, ada jenis kendaraan yang dikenal dengan sebutan ”Tossa,” yaitu motor beroda tiga dengan bak terbuka di bagian belakang. Terdapat beberapa buah ”Tossa,” sebuah milik kecamatan untuk pengangkut sampah, dan sisanya milik warga yang dimanfaatkan untuk mengangkut hasil-hasil perkebunan. Listrik menghidupi pulau ini selama kurang lebih 6 jam di waktu petang hari. Sisanya, warga secara swadaya mengusahakan genset jika membutuhkan tenaga listrik, selain sebagai back-up jika listrik dari PLN mengalami gangguan atau kerusakan. Kerusakan instalasi listrik di pulau terpencil seperti ini memerlukan waktu cukup lama untuk perbaikan, karena alat-alat pengganti serta teknisinya harus didatangkan dari kota besar. Selain listrik dari PLN, ada pula fasilitas listrik di Kantor Kecamatan dan Puskesmas yang dipasok dari solar cell milik Pemerintah Kabupaten Natuna.



Generasi muda di pulau ini sebagian besar telah dapat mengenyam pendidikan dasar sembilan tahun. Di Kecamatan Subi, terdapat 3 SD, 1 SMP, 1 SMA; semuanya adalah sekolah negeri. Dua bangunan SD dan 1 SMP terletak di Pulau Subi Kecil, sedangkan 1 SD sisanya dan 1 SMA ada di Pulau Subi Besar. Saat ini, Pemerintah Kabupaten Natuna telah mampu membebaskan biaya pendidikan untuk jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA. Namun, dari generasi muda yang telah mampu lulus SMA, hanya sebagian kecil yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan kondisi keuangan sebagian besar masyarakat yang belum mampu menyekolahkan anaknya hingga jenjang perguruan tinggi. Orang-orang Subi yang dapat berkuliah umumnya melanjutkan pendidikannya di universitas-universitas di beberapa kota tujuan utama seperti Ranai, Pontianak, Tanjung Pinang, ataupun Pekanbaru.  

Wisata yang ada di Pulau Subi juga tidak kalah menariknya dengan wisata-wisata daerah lainnya. Terutama wisata pantai yang beraneka ragam. Selain wisata pantai yang di tawarkan kepada pengunjung yang berdatangan juga da wisata goa dan wisata ziarah.